Hidup ini berkenaan dengan RASA.
Rasa bahagia, Rasa kecewa, Rasa ingin dihargai, Rasa putus asa, Rasa ketidakpuasan hati.
Namun, Jika rasa itu, dipelihara dengan cinta dan kasih sayang. maka, akan terlahirlah jiwa yang tenang.
Setiap yang berjiwa dan bernyawa pasti punya rasa.
walaupun yang terlahir itu, hanyalah jasad yang kecil.
Namun, tetap dia punya rasa.
Oleh itu,Jangan biarkan jasad yang sempurna.
Tetapi tidak mempunyai RASA yang tenang dan bahagia.
kerana, jiwa yang mempunyai rasa kecewa dan di biarkan akan mati dengan perlahan-lahan dan melahirkan rasa dan jiwa yang rosak.
TARIK NAFAS PERLAHAN-LAHAN.
AMBIL SEGALA RASA POSITIF
DAN HEMBUSKAN SEKUAT HATI SEGALA RASA NAGATIF.
RASA..
hidup penuh dengan berbagai rasa — rasa yang datang dan pergi, yang kadang membingungkan dan membebani, namun juga memberi warna dalam hidup. Rasa bahagia dan kecewa, rasa cinta dan rasa kehilangan, semuanya adalah bagian dari perjalanan yang membentuk kita.
Ketika kita mampu memelihara rasa tersebut dengan cinta dan kasih sayang, kita memberi ruang untuk kesembuhan dan kedamaian dalam diri. Kasih sayang kepada diri sendiri, penerimaan terhadap emosi yang datang, dan memberi ruang untuk pertumbuhan adalah cara kita merawat jiwa. Pada akhirnya, rasa yang dipelihara dengan cinta dan kebijaksanaan akan membawa kita pada ketenangan batin yang sejati.
kenyataan yang sering terlupa: bahawa jasad dan jiwa saling berkait rapat. Sesungguhnya, walaupun tubuh kita kelihatan sempurna secara fizikal, jika jiwa kita dilanda rasa kecewa, luka, atau kekosongan, maka kehidupan kita akan terasa tidak lengkap. Rasa yang tidak dipelihara dan dibiarkan menumpuk akan merosakkan ketenangan jiwa dan akhirnya mempengaruhi cara kita menjalani kehidupan.
"jiwa yang mempunyai rasa kecewa dan dibiarkan akan mati perlahan-lahan" — rasa ini boleh menjadi racun yang memusnahkan, jika tidak ditangani dengan baik. Rasa yang terpendam tanpa penyembuhan boleh menghalang kita daripada mencapai kebahagiaan dan ketenangan yang sepatutnya. Oleh itu, penting untuk memberi perhatian kepada emosi kita, membebaskan diri dari beban yang menekan, dan memberi ruang untuk penyembuhan.
Ketenangan dan kebahagiaan dalam jiwa tidak datang dengan mengabaikan rasa yang ada, tetapi dengan menghadapi dan merawatnya dengan kasih sayang, baik terhadap diri sendiri mahupun orang lain. Rasa adalah bahasa jiwa, dan kita perlu mendengarnya dengan penuh kesedaran dan perhatian.
Kehidupan memang penuh dengan pasang surut rasa. Ada kalanya kita merasa bahagia, bersyukur atas segala nikmat yang diberikan, namun ada kalanya rasa kecewa, sakit, atau bahkan rasa dikhianati datang menghampiri tanpa diduga. Inilah yang dinamakan ujian hidup—Allah hadirkan rasa yang teruji untuk kita, agar kita lebih mengenali diri dan lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
Bahkan di saat-saat kita merasa terpuruk atau dikhianati, ada hikmah yang tersembunyi di sebaliknya. Mungkin hari ini tidak sebaik semalam, tetapi percayalah, setiap rasa yang datang itu adalah sebahagian daripada proses penyucian jiwa. Kita diuji bukan untuk menghancurkan kita, tetapi untuk menguatkan kita, memberi kita peluang untuk belajar dan berkembang menjadi lebih baik.
Pada akhirnya, semua rasa itu mengajar kita tentang ketabahan, kesabaran, dan bagaimana untuk merawat jiwa agar tetap tenang walau dikelilingi oleh ujian. Jangan biarkan rasa yang negatif menguasai, tetapi biarkan ia menjadi batu loncatan untuk mencapai kedamaian yang lebih besar.
Apakah rasa yang sedang anda rasai sekarang? Dan bagaimana kita boleh menghadapinya dengan hati yang lebih terbuka dan penuh kesyukuran?
Allah memberi kita rasa yang teruji, bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk menguatkan. Setiap ujian, walaupun pedih, adalah peluang untuk kita belajar lebih banyak tentang diri kita sendiri, untuk lebih dekat kepada-Nya, dan untuk membangun kekuatan dalam menghadapi cabaran hidup.
Mungkin, di saat kita merasa terluka, Allah sebenarnya sedang mengajarkan kita tentang kesabaran, tentang memaafkan, dan tentang pentingnya melepaskan. Rasa yang teruji, walaupun menyakitkan, akan membawa kita ke kedalaman pemahaman dan kedamaian yang lebih besar jika kita mampu menghadapinya dengan hati yang terbuka.
Tentu saja, dalam setiap ujian, ada hikmah yang tersembunyi. Mungkin ujian yang datang adalah cara Allah mengingatkan kita untuk lebih dekat kepada-Nya, untuk lebih bersyukur, atau untuk memperbaiki hubungan dengan orang di sekitar kita. Setiap rasa yang kita alami
Memberi salam kepada diri sendiri adalah bentuk penghargaan dan penerimaan terhadap perasaan yang ada dalam diri kita. Sebelum kita bisa benar-benar mengatasi atau merawat rasa kita, kita perlu memberi ruang untuk mendengarkan dan memahami perasaan itu.
Bila kita bertanya kepada diri sendiri dengan penuh kasih sayang, kita bukan hanya mencari jawapan, tetapi juga memberi ruang untuk penyembuhan. Terkadang, kita terlalu sibuk dengan perasaan luar, sehingga lupa untuk melihat ke dalam diri. Dengan bertanya "apa yang membuatkan aku rasa begini?", kita memberi diri kita kesempatan untuk mengungkapkan rasa yang mungkin tersembunyi atau terpendam.
mungkin ada perasaan yang belum sempat dihadapi, mungkin ada luka lama yang belum sembuh, atau mungkin ada kejadian yang mengecewakan. Tetapi ingat, kita tidak sendirian dalam perjalanan ini. Rasa marah atau kecewa itu adalah manusiawi, dan kita berhak untuk merasa seperti itu. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana kita mengolahnya—mengambilnya sebagai peluang untuk pertumbuhan, bukan beban yang terus menerus membebani jiwa.
Mungkin sekarang adalah waktu untuk memaafkan diri sendiri, untuk memberi ruang bagi ketenangan. Dengan memberi salam kepada diri sendiri, kita juga memberi izin untuk menerima segala perasaan itu dengan lapang dada.
Luahkanlah,
Apa yang sedang membelenggu jiwa ini? Apa yang terpendam di sudut hati dan fikiran, yang kadang terasa begitu berat dan mengganggu? Rasanya seperti ada sesuatu yang tidak selesai, seperti ada perasaan yang terhenti di tengah jalan dan terperangkap dalam kesunyian. Mungkin ada rasa marah yang tidak dapat diungkapkan, rasa kecewa yang menyesakkan dada, atau mungkin rasa kesal yang datang tanpa diduga.
Apa yang membuatkan hati ini terasa jauh, terasa rapuh? Mungkin ada kata-kata yang menusuk, atau janji yang tidak ditepati. Ada rasa tidak dihargai, rasa seperti dipinggirkan walaupun hati ini memberi segalanya. Rasa kecewa dengan orang yang kita percayai, atau mungkin dengan diri sendiri yang merasa gagal memenuhi harapan.
Mungkin juga ada rasa takut yang melanda—takut untuk melepaskan, takut untuk berubah, atau takut akan masa depan yang tidak pasti. Kadang-kadang kita merasa seperti kehilangan arah, atau seperti berjuang sendirian di dunia yang penuh dengan harapan dan impian yang belum tercapai.
Namun, dalam semua rasa ini, ada satu perkara yang perlu diingat: semua ini adalah proses. Perasaan tidak enak yang datang ini adalah sebahagian daripada perjalanan jiwa kita. Ia mungkin terasa berat sekarang, tetapi tidak selamanya. Ia akan berlalu jika kita memberi ruang untuknya, menghadapi dan memprosesnya dengan bijaksana.
Dalam setiap perasaan itu, ada pelajaran yang menunggu untuk kita ambil. Mungkin ini adalah waktu untuk memaafkan, bukan hanya orang lain, tetapi juga diri sendiri. Untuk melepaskan segala beban, melepaskan rasa yang mengikat hati, dan memberi peluang pada kedamaian untuk masuk kembali.
Kadang, kita perlu mengingatkan diri sendiri: kita berhak untuk merasa apa yang kita rasa, tetapi kita juga berhak untuk memilih bagaimana kita mahu menghadapinya. Boleh jadi sekarang rasa itu menguasai, tetapi jangan biarkan ia menjadi tuan dalam hidup kita.
No comments:
Post a Comment
Me selalu Bace, Sume Yg awak Tulis. . .